1.
1.
Kerajaan Kutai
Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang
diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M, keberadaan kerajaan tersebut
diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk
Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah.
Untuk mengetahui bentuk yupa
tersebut silahkan amati gambar berikut ini:
Gambar: Salah
satu Yupa dari Kutai
|
Tempat penemuan prasasti Yupa tersebut adalah daerah
Muarakaman tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur, sehingga oleh para ahli
kerajaan tersebut diberi nama Kutai, karena dalam prasasti tidak dijelaskan
nama kerajaan untuk itu diberi nama sesuai tempat penemuan prasasti tersebut.
Dari isi yang tertera dalam prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan kerajaan Kutai
dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara lain politik, sosial, ekonomi, dan
budaya.
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik dijelaskan bahwa raja terbesar Kutai
adalah Mulawarman sebagai raja yang mulai dan berhasil membawa kejayaan,
raja Mulawarman adalah putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.
Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut
sebagai dewa Ansuman/dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau
pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Aswawarman sudah menganut agama
Hindu dan dipandang sebagai pendiri Keluarga atau Dinasti dalam
agama Hindu.
Untuk itu para ahli berpendapat nama Kudungga masih
nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, walaupun demikian
Kudunggalah yang menurunkan raja-raja Kutai.
Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sosial. Perihal ini diketahui bahwa terjalin
hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum
Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja
Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di
dalam tanah yang suci bernama Waprakesmara.
Dengan adanya istilah Waprakesmara, tentu timbul
pertanyaan dalam diri Anda, apa yang dimaksud dengan Waprakesmara?
Waprakesmara adalah
tempat suci untuk memuja dewa Syiwa, yang kalau di pulau Jawa disebut
dengan Baprakeswara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama yang
dianut Mulawarman adalah Hindu aliran Syiwa artinya dewa yang dipuja adalah
Syiwa.
Kehidupan Ekonomi
Sedangkan dalam kehidupan ekonomi. Hal ini tidak dijelaskan
secara pasti dalam prasasti, tetapi para ahli sejarah berpendapat bahwa dengan
adanya sedekah 20.000 ekor sapi membuktikan perekonomian Kutai sudah kuat pada
masa itu, yang didasarkan kepada pertanian, peternakan dan perdagangan.
Mata pencaharian tersebut di atas dimungkinkan karena raja
Mulawarman menghadiahkan kepada kaum Brahmana 20.000 ekor sapi. Ini dapat
dijadikan indikasi bahwa populasi ternak cukup besar pada waktu itu. Ia juga
menghadiahkan segunung minyak kental dengan lampu, seperti yang tertulis dalam
prasasti.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya. Ia dapat dikatakan kerajaan Kutai
sudah maju, walaupun penganut Hindu belum lama diterima. Hal ini dibuktikan
melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut
upacara Vratyastoma. Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak
pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri
keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli
dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa
Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh
pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli.
Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan
bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap
bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari,
melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
2. Kerajaan Tarumanegara
Bukti-bukti adanya kerajaan Tarumanegara diketahui melalui
sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam
negeri berupa 7 buah prasasti batu yang ditemukan lima di Bogor, satu di
Jakarta dan satu di Lebak Banten.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nama-nama prasasti
tersebut, simak dengan baik penjelasannya berikut ini:
a. Prasasti Ciarunteun atau
prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara
sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris kalimat yang ditulis dalam
bentuk puisi India. Dan di samping itu juga terdapat lukisan laba-laba serta
sepasang telapak kaki Raja Mulawarman yang diibaratkan kaki
dewa Wisnu.
Gambar telapak kaki pada prasasti
Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
1.
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat
ditemukannya prasasti tersebut).
2.
Di India, cap telapak kaki melambangkan kekuasaan sekaligus penghormatan
sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan
dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.
b. Prasasti Jambu atau prasasti Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini
juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar
telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
c.
Prasasti Kebun Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang.
Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah,
yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airanata, yaitu gajah tunggangan
dewa Wisnu.
d.
Prasasti Muara Cianteun, ditemukan di Bogor, tertulis dalam
aksara ikal yang belum dapat dibaca.
e.
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiling, juga tertulis
dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.
f.
Prasasti Cidanghiang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung
lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang
Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat
berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti
tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
g.
Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta
Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan
isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain,
sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
Gambar:
Prasasti Tugu
|
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti
Tugu adalah:
1. Prasasti Tugu menyebutkan
nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga
dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan
tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara
Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan
sebagai kali Bekasi.
2. Prasasti Tugu juga
menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka
tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang
diduga sama dengan bulan Pebruari dan April.
3. Prasasti Tugu yang
menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan
seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja. Demikianlah prasasti-prasasti
peninggalan Tarumanegara yang berasal dari dalam negeri.
Sumber dari Luar Negeri
Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari
berita Cina antara lain:
1. Berita Fa-Hien, tahun 414
M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya
sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Budha, yang banyak adalah
orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
2. Berita Dinasti Sui,
menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang
terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga
menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang
utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa
istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan
Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya
maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara.
Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik, kerajaan Tarumanegara diperkirakan
muncul abad 5 M, hal ini berdasarkan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang
dipergunakan oleh prasasti-prasasti tersebut. Dan raja yang berkuasa adalah
Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hampir seluruh Jawa Barat
dengan pusat kekuasaannya di daerah Bogor. Hal ini ternyata sesuai dengan
tempat penemuan prasasti tersebut.
Pada masa pemerintahan Purnawarman,
Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya dan telah menjalin hubungan diplomatik
dengan Cina.
Dengan adanya hubungan diplomatik
tersebut, berarti juga terjalin hubungan perdagangan dan pelayaran antara
Tarumanegara dengan Cina. Dengan demikian dapat diketahui kehidupan ekonomi
Tarumanegara tersebut.
Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Tarumanegara di samping utamakan bidang
pertanian, pelayaran dan perdagangan, juga perburuan dan perikanan mendapatkan
perhatian. Hal ini dapat dibuktikan melalui berita-berita tentang barang-barang
perdagangan dari kerajaan Tarumanegara. Barang-barang yang diperdagangkan
antara lain: cula badak, gading gajah dan kulit penyu. Barang tersebut
diperoleh dari usaha perburuan dan perikanan.
Kehidupan Sosial
Dengan adanya kehidupan ekonomi yang kompleks tersebut, maka
kehidupan sosial masyarakatnya cukup baik, sehingga masing-masing golongan
masyarakat yang ada pada masa itu dapat saling bekerja sama dan tercipta
jalinan kehidupan yang baik.
Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapatlah diperkirakan Tarumanegara
sudah mengalami kemajuan. Karena telah mengenal tulisan dan sudah menerima
pengaruh asing serta mengenal sistem kalender seperti yang tertera dalam prasasti
Tugu.
3. 3. Kerajaan Kediri
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi akhir
perkembangan kerajaan Medang Mataram, bahwa pada tahun 1041 atau 963 C. Raja
Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian.
Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana
yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada.
Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala dan
Panjalu, yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai
Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibukotanya Kahuripan,
sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kadiri meliputi Kediri, Madiun,
dan ibukotanya Daha.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing
kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah
peperangan.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh
Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kadiri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga.
Dengan demikian di Jawa Timur
berdirilah kerajaan Kadiri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan
tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitabkitab sastra.
Sumber-sumber Prasasti
Prasasti-prasasti menjelaskan
kerajaan Kadiri antara lain yaitu:
a.
Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas
Jenggala.
b.
Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
Selain dari prasasti-prasasti
tersebut di atas, sebenarnya ada lagi prasasti-prasasti yang lain tetapi tidak
begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kadiri adalah hasil
karya berupa kitab sastra karena pada masa Kadiri kesusastraan berkembang
dengan pesat.
Salah satu hasil karya sastra
tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayuda dengan ditulis Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh tahun 1156 M yang menceritakan tentang kemenangan Kadiri/Panjalu atas
Jenggala.
Di samping kitab sastra maupun
prasasti tersebut di atas, juga ditemukan berita Cina yang banyak memberikan
gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kadiri yang tidak
ditemukan dari sumber yang lain.
Berita Cina tersebut disusun melalui
kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M
dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
Dengan demikian melalui prasasti,
kitab sastra maupun kitab yang ditulis orang-orang Cina tersebut perkembangan
Kadiri dalam berbagai aspek kehidupan dapat diketahui.
Kehidupan Politik
Dalam perkembangan politiknya wilayah
kekuasaan Kadiri masih sama seperti kekuasaan raja Airlangga, dan raja-rajanya
banyak yang dikenal dalam sejarah karena memiliki lencana atau lambang sendiri.
Raja-raja yang terkenal dari
kerajaan Kutai antara lain Raja Kameswara (1115 – 1130 M) mempergunakan lancana
Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring pada masa pemerintahannya banyak
dihasilkan karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam Cerita
Panji.
Raja selanjutnya adalah Jayabaya
memerintah tahun 1130 - 1160 mempergunakan lancana Narasingha yaitu setengah
manusia setengah singa pada masa pemerintahannya Kadiri mencapai puncak
kebesarannya dan juga banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya
tentang Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil.
Kemudian pada tahun 1181 pemerintahan
raja Sri Gandra juga terdapat sesuatu yang menarik pada masa pemerintahannya,
yaitu untuk pertama kalinya didapatkan orangorang terkemuka mempergunakan
nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh,
Macan Putih, Gajah Kuning, dsb.
Untuk selanjutnya tahun 1200 - 1222
yang menjadi raja Kadiri adalah Kertajaya. Ia memakai lancana Garudamuke
seperti Rya Airlangga, tetapi sayangnya raja ini kurang bijaksana, sehingga
tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Hal inilah yang akhirnya
menjadi penyebab berakhirnya kerajaan Kadiri, karena kaum Brahmana meminta
perlindungan kepada Ken Arok di Singosari sehingga tahun 1222 Ken Arok berhasil
menghancurkan Kadiri.
Demikianlah uraian materi tentang
kehidupan politik raja Kadiri. Dari penjelasan tersebut apakah Anda sudah
memahami? Kalau Anda sudah paham simak kembali uraian materi selanjutnya.
Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi diceritakan
bahwa perekonomian Kadiri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan, dan
pertanian. Kadiri terkenal sebagai penghasil beras, menanam kapas dan
memelihara ulat sutra.
Dengan demikian dipandang dari aspek
ekonomi, kerajaan Kadiri sudah cukup makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan
kerajaan memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya walaupun hanya
dibayar dengan hasil bumi. Demikian keterangan yang diperoleh berdasarkan kitab
Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta.
Kehidupan Sosial
Bahkan berdasarkan kedua kitab
tersebut diceritakan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kadiri cukup baik karena
kesejahteraan rakyat meningkat masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari
rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang
berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kadiri telah memakai kain sampai di
bawah lutut.
Dengan kehidupan masyarakatnya yang
aman dan damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling
maju adalah seni sastra. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil sastra yang
dapat kita ketahui sampai sekarang.
Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan
pada uraian materi sebelumnya juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu
seperti kitab Kariwangsa dan Gatotkacasraya yang ditulis Mpu
Panuluh pada masa Jayabaya, kitab Simaradahana karya Mpu Darmeja,
kitab Lubdaka dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab Kresnayana
karya Mpu Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu
Monaguna. Semuanya itu dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara.
4. 4. Kerajaan Majapahit
Nama kerajaan Majapahit tentu
bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena Majapahit adalah salah satu
kerajaan Hindu yang terbesar di Indonesia.
Sumber-sumber
Sejarah
Sumber-sumber
sejarah yang menjelaskan tentang kerajaan Majapahit sebagian besar berupa kitab
sastra yaitu seperti:
a.
Kitab Pararaton, selain menceritakan tentang raja-raja Singosari juga
menjelaskan tentang raja-raja Majapahit.
b.
Kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada tahun 1365 menjelaskan
tentang keadaan kota Majapahit, daerah Jajahannya dan perjalanan Hayam Wuruk
mengelilingi daerah kekuasaannya.
c.
Kitab Sundayana menjelaskan tentang perang Babat.
d.
Kitab Usaha Jawa menjelaskan tentang penaklukan pulau Bali oleh Gajah Mada dan
Arya Damar.
Di
samping sumber sejarah di atas, sumber sejarah peninggalan Majapahit juga berupa
seni bangunan seperti candi, pinti gerbang, pemandian atau pertirtaan serta
kota Trowulan, bekas ibukota Majapahit yang terletak di kota Mojokerto Jawa
Timur.
Sedangkan sumber dari luar negeri
yang membuktikan kerajaan Majapahit diperoleh dari berita-berita Cina yaitu
seperti berita yang ditulis pada masa dinasti Ming (1368-1643) dan berita dari
Ma-Huan dalam bukunya Ying Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota
Majapahit tahun 1418 serta berita dari Portugis tahun 1518.
Dari sumber-sumber tersebut di atas,
dapat diketahui pemerintahan raja-raja Majapahit, kehidupan sosial, ekonomi,
serta peninggalan budaya-budaya Majapahit.
Berdirinya kerajaan Majapahit adalah berkat usaha dan
perjuangan Raden Wijaya dengan memanfaatkan kedatangan tentara Cina Mongol
(Kubilai Khan) yang datang ke Pulau Jawa untuk menghukum Kertanegara.
Dengan kedatangan pasukan Kubilai Khan, maka dimanfaatkan
untuk menyerang Jayakatwang di Kadiri, sehingga kekalahan Kertanegara dapat
terbalaskan karena Jayakatwang akhirnya meninggal di Ujung Galuh. Sedangkan
pasukan Kubilai Khan melalui tipu muslihat Raden Wijaya dapat diusir dari pulau
Jawa tahun 1293. Setelah berhasil mengusir pasukan Kubilai Khan, maka tahun
1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa
Jayawisnuwardhana.
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang kuat, maka Raden
Wijaya melakukan berbagai tindakan yaitu seperti melanjutkan pembangunan
Majapahit sebagai pusat pemerintahan, mengawini keempat putri Kertanegara dan
membalas jasa dengan memberikan kekuasaan kepada para sahabat dan pengikutnya.
Walaupun demikian diantara para pengikutnya ada yang tidak
puas dan akhirnya menjadi benih pemberontakan di Majapahit.
Pemberontakan tersebut muncul pada masa pemerintahan Jayanegara
(Kala Geret), karena Jayanegara adalah raja yang lemah. Diantara
pemberontakan tersebut yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti tahun
1319 tetapi akhirnya dapat dipadamkan oleh pasukan Bhayangkari yang
dipimpin Gajah Mada. Atas jasanya Gajah Mada menjadi patih Kahuripan tahun
1319 dan selanjutnya tahun 1321 diangkat menjadi patih Daha.
Pemberontakan terhadap Majapahit tetap muncul, pada masa
pemerintahan Tribuana Tungga Dewi yaitu seperti pemberontakan Sadeng dan
Keta di daerah Besuki tahun 1331. Dan pemberontakan tersebut juga
berhasil dipadamkan oleh Gajah Mada. Atas jasa tersebut maka Gajah Mada
diangkat menjadi Mahapatih Majapahit tahun 1333.
Dengan adanya Sumpah Amukti Palapa, maka Gajah Mada
bercita-cita mempersatukan wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.
Sehingga untuk mewujudkan sumpah tersebut, pasukan Majapahit yang dipimpin
Gajah Mada dan dibantu oleh Adityawarman melakukan politik
ekspansi/penyerangan keberbagai daerah dan berhasil. Atas jasanya Adityawarman
diangkat menjadi Raja Melayu tahun 1347 untuk menanamkan pengaruh
Majapahit di Sumatera.
Pada tahun 1350, Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk.
Ia bergelar Rajasanegara dan dalam menjalankan pemerintahan yang
didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman dan Mpu
Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kebesarannya,
karena daerah kekuasaannya hampir meliputi seluruh Nusantara dan Majapahit
berkembang sebagai kerajaan Maritim sekaligus kerajaan Agraris.
Memang benar apa yang dicita-citakan oleh Gaja Mada melalui
sumpahnya dapat terlaksana kecuali kerajaan Pajajaran (Sunda) yang belum
dikuasainya.
Dalam rangka menguasai Pajajaran tersebut, maka Gajah Mada
melakukan Politik perkawinan yang berakibat terjadinya peristiwa
Babat tahun 1357.
Wilayah kekuasaan Majapahit hampir meliputi seluruh wilayah
nusantara, bahkan Semenanjung Malaya juga berhasil dikuasai Majapahit.
Untuk itu dalam rangka menjaga keamanan dan memelihara
kesatuan daerah kekuasaannya maka Majapahit memperkuat armada lautnya di
bawah pimpinan Mpu Nala. Dan juga berusaha menjalin
persahabatan dengan negara-negara tentangga yang diistilahkan Mitrekasatata
yang berarti sahabat atau sahabat sehaluan atau hidup berdampingan secara
damai.
Tahun 1364 Gajah Mada meninggal. Sehingga Majapahit mengalami kesulitan mencari
penggantinya. Baru tiga tahun kemudian digantikan oleh Gajah Enggon.
Meninggalnya Gajah Mada sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Hayam Wuruk,
sehingga pemerintahan Hayam Wuruk mengalami kemunduran. Hayam Wuruk meninggal
tahun 1389. Selanjutnya tahta Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana.
Pada masa pemerintahan Wikramawardhana (tahun 1389 - 1429)
kehidupan politik Majapahit diwarnai oleh Perang Paregreg atau perang
saudara antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabumi.
Perang Paregreg terus berkelanjutan menyebabkan bintang
Majapahit semakin pudar, sehingga banyak daerah-daeah kekuasaannya yang
melepaskan diri.
Hal ini ditambah dengan adanya penyebaran Islam yang
berpusat di Malaka serta munculnya kerajaan-kerajaan Islam yang
menentang Majapahit maka keruntuhan Majapahit diambang pintu.
Mengenai runtuhnya Majapahit ada beberapa pendapat yaitu:
1. Majapahit runtuh tahun 1478,
ketika Girindrawardhana memisahkan diri dari Majapahit dan menamakan
dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggale Kadiri. Tahun peristiwa
tersebut di tulis dalam Candrasangkale yang berbunyi “Hilang sirna
kertaning bhumi”. Anda masih ingat arti kalimat tersebut? Apabila Anda
lupa buka kembali kegiatan belajar 1 modul ini.
2. Pendapat lain menjelaskan
Majapahit runtuh karena diserang oleh Demak yang dipimpin oleh Adipati
Unus tahun 1522.
Sebagai kerajaan Hindu terbesar di Nusantara kehidupan
sosial masyarakat Majapahit umumnya baik, kerajaan memperhatikan kepentingan
rakyat, keamanan rakyat terjamin, dimana hukum serta keadilan
ditegakkan dengan tidak pandang bulu.
Dalam kehidupan beragama raja membentuk dewan
khusus yaitu Dharmadjaksa ring kasaewan yang mengurus agama Hindu
Syiwa dan Dharmadjaksa ring Kasogatan yang mengurus agama Budha keduanya
dibantu oleh pejabat keagamaan yang disebut Dharma Upapatti.
Dengan adanya pejabat keagamaan tersebut, kehidupan
keagamaan Majapahit berjalan dengan baik, bahkan tercipta toleransi. Hal
ini seperti apa yang diceritakan oleh Ma-Huan tahun 1413, bahwa
masyarakat Majapahit di samping beragama Hindu, Budha juga ada yang beragama
Islam, semuanya hidup dengan rukun. Dan berita Ma-Huan tersebut dapat diketahui
bahwa pengaruh Islam sudah ada di kerajaan Majapahit.
Kehidupan sosial yang penuh dengan toleransi juga dibuktikan
melalui kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular yang di
dalamnya ditemukan kalimat “Bhinneka Tunggal Ika, TanHana Dharma
mangrua”.
Sebagai negara agraris dan maritim, maka tentu
perekonomian Majapahit bersumber dari pertanian, pelayaran, dan perdagangan
yang saling menunjang dan saling melengkapi.
Pemerintahan Majapahit selalu berusaha meningkatkan
pertaniannya dengan memperbaiki atau memelihara tanggul sepanjang sungai untuk
mencegah banjir dan di samping itu juga memperbaiki jalan-jalan jembatan untuk
mempelancar lalu lintas perdagangan.
Komoditi perdagangan Majapahit adalah beras dan
rempah-rempah. Daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik,
Sedayu, dan Tuban menjadi pusat perdagangan karena menumpang barang dagangan
berupa hasil bumi dari daerah pedalaman.
Dengan demikian kehidupan ekonomi Majapahit cukup tinggi
sehingga Majapahit dapat berkembang sebagai kerajaan besar.
Sebagai kerajaan besar tentu kebudayaan Majapahit berkembang
dengan baik, hasil peninggalan Majapahit berupa seni bangunan, patung, dan
karya sastra.
Seni bangunan Majapahit
antara lain pemandian, atau petirtaan, gapura yang
berbentuk seperti candi bentar maupun Bajang Retu, candi Penataran di
Blitar dan masih banyak lagi candi-candi peninggalan Majapahit yang lain.
Gambar: Kelompok Candi Penataran
|
Selain seni bangunan, peninggalan Majapahit juga berupa seni
patung yaitu seperti patung perwujudan Raden Wijaya sebagai Harihara
atau sebagai Syiwa dan Wisnu dalam satu arca, patung putri Suhuta
dan patung Tribhuwana sebagai Parwati.
Sedangkan peninggalan Majapahit dalam bidang seni sastra juga
cukup banyak, selain kitab-kitab yang telah disebutkan pada uraian materi
sebelumnya, juga kitab-kitab yang
lain yaitu seperti kitab Arjunawiwaha yang ditulis
oleh Mpu Tantular, kitab Ranggalawe, kitab Sorondaka yang
berbentuk kidung dan juga ada kitab hukum yang ditulis oleh Gajahmada
yaitu kitab Kutaramanawa yang digunakan sebagai dasar hukum di
Majapahit.
Kitab Hukum Kutaramanawa disusun berdasarkan kitab
Hindu yang lebih tua yaitu kitab Kutarasastra dan Manawasastra.
Dengan demikian dari kitab hukum tersebut, merupakan salah satu contoh wujud
akulturasi dengan kebudayaan.
Kerajaan Pajajaran adalah nama lain
dari Kerajaan Sunda saat kerajaan ini beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan
Pajajaran (Bogor) di Jawa Barat
yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan sendiri berasal dari kata
Pakuwuan yang berarti kota. Pada masa lalu, di Asia Tenggara ada kebiasaan
menyebut nama kerajaan dengan nama ibu kotanya. Beberapa catatan menyebutkan
bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan
dalam Prasasti Sang Hyang Tapak (1030 M) di kampung Pangcalikan dan
Bantarmuncang, tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Suka Bumi.
Sumber Sejarah
- Dari catatan-catatan sejarah yang ada, baik dari prasasti, naskah kuno, maupun catatan bangsa asing, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini. Antara lain mengenai wilayah kerajaan dan ibukota KerajaanPajajaran. Mengenai raja-raja KerajaanSunda yang memerintah dari ibukota PakuanPajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah BabadPajajaran, CaritaParahiangan, dan CaritaWaruga Guru.
- Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
- PrasastiBatuTulis, Bogor
- PrasastiSanghyangTapak, Sukabumi
- PrasastiKawali, Ciamis
- Prasasti Horren
- Prasasti Rakyan Juru Pangambat
- Prasasti Astanagede
- TuguPerjanjianPortugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
- Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor
- Kitab cerita Kidung Sundayana dan Cerita Parahyangan
- Berita asing dari Tome Pires (1513) dan Pigafetta (1522)
Raja – Raja Yang Memerintah
- Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521)
- Surawisesa (1521 – 1535)
- Ratu Dewata (1535 – 1543)
- Ratu Sakti (1543 – 1551)
- Ratu Nilakendra (1551-1567)
- Raga Mulya (1567 – 1579)
- Rahyang Niskala Wastu Kencana
- Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
- Sri Baduga MahaRaja
- Hyang Wuni Sora
- Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
- Prabu Ratu Dewata.
Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan
Budaya
●̲̅̅Kondisi Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat
di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan, penari, dan badut),
golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang
copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)
●̲̅̅
Kondisi Kehidupan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat Kerajaan
Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di samping itu, Pajajaran
juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran memiliki enam
pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda
Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)
●̲̅̅
Kehidupan Budaya
Kehidupan budaya masyarakat
Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-peninggalannya
berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda,
prasasti-prasasti, dan jenis-jenis batik.
Keruntuhan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun
1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten.
Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman
Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di
Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu
diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan Pajajaran tidak
mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus
kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja. Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan
bekas Keraton Surosowan di Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang,
berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat
sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di wilayah yang
mereka namakan Cibeo Lebak Banten. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama
yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
6.
Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing
bagi Anda, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di
Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 13 M).
Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya hingga
mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus
mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber sejarah yang membuktikan keberadaan
kerajaan tersebut.
Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari
dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India bahkan Arab.
Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6
buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah
menggunakan angka tahun Saka.
Untuk mengetahui keberadaan prasasti tersebut, simaklah
uraian materi berikut ini!
a. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan
di Kedukan Bukit, di tepi sungai Tatang dekat Palembang, berangka tahun
606 Saka. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan suci/Sidayatra yang
dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan
membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan
beberapa daerah.
b. Prasasti Talang Tuo ditemukan
di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606 Saka. Prasasti ini
menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua makhluk dan
terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
c. Prasasti Telaga Batu ditemukan di
Telaga Batu dekat Palembang tidak berangka tahun.
d. Prasasti Kota Kapur ditemukan
di kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka.
e. Prasasti Karang Berahi ditemukan
di Jambi Hulu berangka tahun 608 Saka.
f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan
di Lampung Selatan tidak berangka tahun.
Keempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga
Batu, Kota Kapur, Karang bukit, dan Palas Pasemah menjelaskan isi yang sama
yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja yang tidak tunduk kepada raja
Sriwijaya.
Sumber-sumber prasasti
Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung Melayu
berangka tahun 775 M yang menjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di
semenanjung melayu, daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi
nama Prasasti Ligor.
Prasasti berikutnya ditemukan di
India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut
menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya.
Sumber Berita Asing
Di
samping prasasti-prasasti, keberadaan Sriwijaya juga diperkuat dengan adanya
beritaberita Cina maupun berita Arab.
Berita
Cina, diperoleh dari I-Tshing seorang pendeta Cina yang sering datang ke
Sriwijaya sejak tahun 672 M, yang menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1000
orang pendeta yang menguasai agama seperti di India dan di samping itu juga,
berita dari dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman utusan dari
Sriwijaya tahun 971 - 992 M.
Nama
kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina tersebut, disebut dengan Shih-lo-fo-shih
atau Fo-shih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay
atau dengan sebutan Sribuza. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang
kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan Sriwijaya.
Demikianlah
bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaan
Sriwijaya, sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembangan
Sriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk mengetahui lebih jelas
perkembangan Sriwijaya dalam aspek-aspek kehidupan tersebut, maka simak uraian
materi berikut ini:
Kehidupan Politik
Dalam
kehidupan politik. Dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta
Hyang Sri Jayanaga, dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat
pertama yang menyebutkan pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut
banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk
perdagangan.
Sedangkan
pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai
Kampar kiri dan Kampar kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di
Jambi yang juga strategis untuk perdagangan.
Dari
dua pendapat tersebut, maka oleh ahli menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya
berpusat di Minangatamwan. Kemudian karena perkembangannya dipindahkan ke
Palembang.
Untuk
selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan
politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya
untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung,
Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang
juga dikuasai Sriwijaya.
Dengan
demikian maka Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau,
tetapi sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa
pulau. Bahkan ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama.
Karena kekuasaannya luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara
(M.Yamin).
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak
yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional Asia Tenggara.
Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang menjadi pusat
perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun
barang dari dalam maupun luar.
Dengan demikian kedudukan Sriwijaya
dalam perdagangan sangat baik hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang
cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa, Sriwijaya memiliki armada laut yang
kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang menuju
Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di
wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.
Dengan adanya pedagang-pedagang dari
luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya meningkat dengan pesat.
Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil
perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar
dan makmur.
Kehidupan Sosial
Faktor lain yang menjadikan
Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan sosial masyarakatnya
meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya
terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara.
Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya
terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta
Budha terkenal yaitu Sakyakirti.
Di samping itu juga pemuda-pemuda
Sriwijaya juga mempelajari agama Budha dan ilmu
lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti Nalanda.
Kemajuan di bidang pendidikan yang
berhasil dikembangkan Sriwijaya bukanlah suatu hasil perkembangan dalam waktu
yang singkat tetapi sejak awal pendirian Sriwijaya, raja Sriwijaya selalu
tampil sebagai pelindung agama dan penganut agama yang taat.
Sebagai penganut agama yang taat
maka raja Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang
tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran
rakyatnya.
Dengan demikian kehidupan ekonomi
dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya
juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan.
Kemajuan dalam bidang budaya sampai
sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan suci seperti stupa,
candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus, dan
Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).
Untuk lebih menambah pemahaman Anda, silahkan Anda simak
peninggalan Sriwijaya
tersebut pada gambar 2.6 berikut
ini!
Gamba:. Patung Budha di Bukit
Siguntang.
|
Kebesaran dan kejayaan Sriwijaya ternyata banyak mengundang
kerajaan lain menjadi tidak senang dan menyerang Sriwijaya sehingga mengalami
kemunduran dan keruntuhan akibat serangan dari kerajaan lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar